Ada banyak risiko dan komplikasi dari operasi toraks, walaupun kematian atau komplikasi yang fatal jarang terjadi. Dengan adanya teknologi modern, dokter bedah toraks dapat menggunakan metode dan teknik yang lebih tepat dan akurat, sehingga mengurangi risiko infeksi dan komplikasi serius lainnya.
Namun, harap diingat bahwa pasien yang menjalani tindakan kardiotoraks sangat berisiko mengalami gangguan saraf, dengan stroke sebagai komplikasi utama dari operasi ini. Risiko ini timbul karena metode yang digunakan untuk operasi kardiotoraks memiliki risiko yang signifikan pada struktur saraf. Namun, dokter umum, ahli jantung, dan dokter bedah toraks akan melanjutkan operasi hanya jika pemeriksaan awal memastikan bahwa manfaat dari operasi lebih banyak dari kemungkinan risiko dan komplikasi.
Infeksi juga merupakan komplikasi yang sering terjadi akibat operasi toraks. Pasien yang menjalani operasi jantung dapat terkena infeksi pada aliran darah, infeksi alat jantung, empiema, pneumonia, mediastitinis, endokarditis, perikarditis, dan lain-lain.
Rujukan:
Rujukan:
- Putnam JB Jr. Lung, chest wall, pleura, and mediastinum. In: Townsend CM Jr., Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL, eds. Sabiston Textbook of Surgery. 19th ed. Philadelphia, PA: Saunders Elsevier; 2012:chap 58.
- Tsiouris A, Horst HM, Paone G, Hodari A, Eichenhorn M, Rubinfeld I. Preoperative risk stratification for thoracic surgery using the American College of Surgeons National Surgical Quality Improvement Program data set: Functional status predicts morbidity and mortality. J Surg Res. 2012: epub ahead of print.
- Wiener-Kronish JP, Shepherd KE, Bapoje SR, Albert RK. Preoperative evaluation. In: Mason RJ, Broaddus C, Martin T, et al, eds. Murray and Nadel’s Textbook of Respiratory Medicine. 5th ed. Philadelphia, PA: Saunders Elsevier;2010:chap 26.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar